Offside adalah ketika posisi pemain sepak bola yang diberi umpan melebihi posisi pemain lawannya sementara tidak ada pemain lawan setelahnya kecuali penjaga gawang.
Pemain offside didefinisikan sebagai “off the strength of your side”, yang berarti mereka yang dibebaskan tugas atau tidak terlibat dalam permainan. Offside juga mengacu pada rugby. Konsepnya hampir sama: melarang seorang pemain menunggu umpan di depan gawang musuh dengan diam-diam.
Dalam sepak bola, offside kadang-kadang menjadi masalah besar karena pemain yang sedang bermain mungkin melakukan penyerangan dan mencetak gol tetapi terperangkap di offside. Karena itu, FIFA Law of The Game menetapkan peraturan khusus tentang offside. Penjelasan lebih lanjut dapat ditemukan di sini Okestream.
Menjelaskan Tentang Offside
Salah satu aturan sepak bola yang tercantum dalam Hukum ke-11 dari Laws of the Game adalah offside, yang dalam bahasa Indonesia berarti di luar posisi. Menurut undang-undang FIFA, jika seorang pemain di luar area permainan atau offside tersentuh bola atau menerima umpan bola dari rekan satu timnya, pemain tersebut harus mendahului pemain terbelakang dari tim lawan dan berada di dekat garis gawang lawan setelah kiper.
Pemain sepak bola pada dasarnya tidak diizinkan untuk bermain secara pasif di area lapangan lawan saat sedang menyerang, tetapi mereka diizinkan untuk bermain secara pasif di area lapangan sesama untuk bertahan. Karena ia mendahului pemain belakang tim lawan, pemain biru di posisi paling kiri berada di offside.
Ini tidak berlaku jika tidak menerima umpan atau terkena bola. Jika terjadi offside, wasit menghentikan pertandingan dan memberikan tendangan bebas secara tidak langsung kepada tim lawan dari posisi offside.
Namun, dalam beberapa situasi, dapat terjadi pelanggaran; misalnya, gol yang dicetak setelah insiden offside kemudian dianulir jika wasit telah menyatakan sebelumnya bahwa itu offside. Jika posisi pemain sejajar atau hampir melampaui pemain yang bertahan pada lawan namun dianggap offside oleh wasit, ini dapat menyebabkan perdebatan tentang kejujuran asisten wasit.
Para pengamat sepak bola masih memperdebatkan penggunaan teknologi yang menilai offside. Namun, strategi offside masih digunakan sebagai cara untuk menjebak pemain lawan di area pertahanan.
Aturan Untuk Keputusan Offside
Di tahun 1863, English Football Association (FA) membuat aturan offside terbaru yang diterima secara luas. Sejak tahun itu, FA melarang pemain penyerang berada di depan bola saat si kulit bundar ditendang ke arah depan.
Peraturan offside ini dibuat karena sepak bola dianggap mirip dengan rugby dalam hal taktik, di mana pemain diizinkan menggunakan tangan mereka untuk kemudian mengontrol bola dalam beberapa situasi.
Para pemain penyerang ini juga dianggap akan mendapatkan keuntungan yang tidak perlu jika berada di posisi offside. Namun, seiring dengan perkembangan sepak bola, peraturan offside terus diperbarui.
Aturan offside sepak bola yang ditetapkan dalam Laws of the Game oleh International Football Association Board (IFAB) berikut ini adalah apa yang dianggap sebagai posisi offside seorang pemain sepak bola.
- Pemain bertahan dengan seluruh tubuh, kepala, atau kaki mendahului lawan.
- Setiap bagian tubuh, kepala, atau kaki pemain berada di area lawan. Garis di tengah lapangan merupakan batasnya.
Tidak diperhitungkan lengan dan tangan setiap pemain, termasuk penjaga gawang. Bagian tubuh yang termasuk dalam perhitungan offside sejajar dengan bagian bawah ketiak.
Selanjutnya, pelanggaran Offside tidak berlaku apabila:
- Pemain tersebut ada pada di tempat timnya sendiri.
- Pemain berada sejajar dengan pemain lawan tim kedua terakhir.
- Pemain sejajar dengan dua pemain terakhir dari tim lawan.
Seorang pemain yang berada di posisi offside kemudian tidak bergerak sama sekali (tidak merespons datangnya bola). Dengan demikian, permainan tetap berjalan ketika rekan setimnya yang berada di posisi offside merespons datangnya bola.
Aturan Offside “Tiga Pemain Belakang”
Universitas Cambridge mencoba menyatukan teori-teori yang berbeda tentang aturan offside, tetapi mereka tidak berhasil. Akhirnya, mereka membuat rumusan standar yang diterima umum.
Salah satu aturan yang sangat berbeda adalah peraturan “tiga pemain belakang”, di mana seorang penyerang kemudian dinyatakan offside meskipun tiga pemain belakang lawan, termasuk kiper, berada di belakangnya.
Saat peraturan ini kemudian diterapkan, dapat dibayangkan betapa seringnya terjadi kesalahan. Tangan maju sedikit offside.
Aturan Offside “Dua Pemain Belakang”
Semua peraturan sepakbola, termasuk offside, mulai dipikirkan secara lebih serius ketika FIFA didirikan pada tahun 1904. Asosiasi sepakbola Skotlandia kemudian mengusulkan untuk menggantikan aturan “tiga pemain belakang” dengan aturan dua pemain saja.
Konsepnya sama, tetapi ketika dua pemain belakang berdiri antara satu pemain dan gawang musuh, itu disebut offside. Biasanya ada satu bek dan satu kiper. Peraturan yang diubah ini mulai berlaku pada tahun 1925 dan membuat permainan menjadi lebih menarik. Gol yang tercipta menjadi lebih banyak dan lebih menghibur karena peluang offside semakin kecil.
Pola dan gaya permainan juga berubah sebagai akibat dari perubahan offside. Selanjutnya, setiap pelatih dipaksa untuk berpikir ulang untuk mengalahkan offside. Untuk alasan ini, taktik 2-3-5 biasanya digunakan dengan dua pertahanan, salah satunya sebagai sweeper atau libero.
Aturan Offside “Satu Pemain Belakang”
Peraturan offside baru-baru ini direvisi dan diterapkan selama Piala Dunia 1990 di Italia. Jika pada saat seorang penyerang menerima umpan, hanya ada satu pemain belakang lawan di depannya, penyerang tersebut dianggap berada di posisi offside.
Pemain belakang ini berfungsi sebagai kiper saat berhadapan dengan pemain yang berstatus bek. Pada tahun 2003, FIFA menambah pasal tentang offside untuk membuatnya lebih fleksibel. Jika seseorang berada di posisi offside, mereka tidak selalu dinyatakan sebagai offside bahkan jika mereka tidak berpartisipasi dalam permainan. Tubuhnya tidak berusaha mengejar bola yang diarahkan.